STMIK PRINGSEWU GELAR PEMOTONGAN HEWAN QURBAN
STMIK PRINGSEWU – Hari Sabtu
besok, (2/9), Dr. H. FAUZI selaku Ketua Yayasan Pendidikan Starteck (STMIK
Pringsewu) dan Mahasiswa/i STMIK Pringsewu melakukan pemotongan hewan qurban di
halaman Kampus STMIK Pringsewu. Qurban tersebut akan dibagikan kepada
masyarakat kurang mampu agar sama-sama dapat merasakan kebahagian pada hari
raya idul adha 1438 H.
Dengan kegiatan ini diharapkan seluruh mahasiswa
STMIK Pringsewu dapat mengambil hikmah dari proses pemotongan hewan qurban.
Bagi mereka yang memahami semangat ajaran islam, utamanya adalah qurban, maka
di dalam ibadah ini terdapat nilai-nilai pendidikan yang amat tinggi.
Sebenarnya yang dipentingkan dalam ibadah ini memang bukan penyembelihannya,
tetapi makna di balik penyembelihan itulah yang lebih diutamakan.
Lewat qurban ini kita di ajarai oleh Alloh SWT
agar menghilangkan sifat egoistis, kita harus membuang jauh-jauh sifat ini,
Qurban adalah latihan agar umat islam membiasakan diri memperhatikan orang
lain, menghilangkan sifat kikir dan pelit, dengan membagi-bagikan sebagian
rezeki yang dikaruniakan kepadanya., Karena itu qurban tidak cukup dilakukan
sekali seumur hidup. Setiap kali kita menjumpai tanggal 10 Dzulhijjah ditambah
3 hari Tasyri’ sedang kita dikaruniai kelapangan rezeki, maka kita laksanakan
perintah qurban ini. Jika tidak, Rosululloh SAW memberikan peringatan keras
kepada kita dalam sebuah sabdanya:’ barang siapa yang mempunyai kelapangan
untuk berqurban tapi tidak melaksanakannya, maka janganlah dia dekat-dekat
tempat kami sholat.
Rosululloh SAW tidak hanya memberi ancaman kepada
umatnya yang enggan melaksanakan kurban , tetapi juga memberikan semangat dan
rangsangan agar umatnya dengan sukacita melaksanakan perintah ini.. Sabdanya
lagi, “Tidak ada amalan anak Adam pada hari Nahar yang disukai Alloh selain
daripada menyembelih qurban. Qurban-qurban itu akan datang kepada orang-orang
yang melakukannyapada hari kiamat seperti keadaannya semula,yaitu lengkap
dengan anggotanya, tulangnya, tanduknya dan bulunya. darah qurban itu terlebih
dahulu jatuh ke suatu tempat yang disediakan Tuhan sebelum jatuh ke atas tanah.
Oleh Sebab itu, berqurbanlah dengan senang hati” (Hadits riwayat Tirmidzi dan
Ibnu Majah dari A’isyah)
Hikmah ibadah qurban tidak akan pernah hilang
dimakan waktu. Dengan ibadah qurban tersebut dapat dijalin taqarrub ila Allah
yaitu mendekat diri kepada Allah SWT.
Shalat hari raya termasuk khususiat atau
keistimewaan bagi umat Islam seperti juga shalat istisqa’ (minta hujan) dan
kusuf (gerhana matahari). Di antara dua shalat hari raya itu maka shalat Idul
Adha lebih afdal dari shalat Idulfitri karena terdapat nas Al-Quran QS.
(Al-Kautsar : 2) – “Oleh itu, kerjakanlah shalat (Idul Adha) karena Tuhanmu
semata-mata, dan sembelihlah qurban (sebagai bersyukur).” Ibadah yang dituntut
pada Idul Adha bukan sebatas ibadah jasadi yaitu shalat tetapi juga ibadah yang
melibatkan pengorbanan harta yaitu melakukan penyembelihan hewan qurban yang
sunat muakkad bagi umat Islam dan makruh meninggalkan oleh orang yang mampu.
Rasulullah SAW : “Siapa yang mempunyai kemampuan
untuk berqurban tetapi tidak berqurban, maka jangan hadir di tempat shalat
kami.” Semoga saja bagi yang melakukan qurban di hari tersebut diampunkan
dosanya dan ahli rumahnya pada titik pertama darah sembelihan qurban tertumpah
ke tanah. Berqurban adalah bukti taqwa dan tawakkal kepada Allah SWT, yang akan
menumbuhkan semangat hidup tidak pernah mengenal putus asa dari lindungan Allah
SWT.
Di dalam syariat yang dibawa oleh Rasulullah SAW,
perintah dan larangan selalu ada dan terus berjalan kepada setiap hamba selama
ruh masih bersama jasadnya. Dan selama itu pula manusia dapat menambah
kedekatannya kepada Allah SWT dengan melakukan perintah-perintah syariat yang
mulia. Baik yang berupa kewajiban maupun yang sunnah.
Setiap perintah Allah SWT sudah disesuaikan
dengan kadar kemampuan dan kesanggupan hambaNya (QS. Al-Baqarah : 286). Begitu
pula setiap apa yang diperintahkanNya itu pasti mengandung makna dan hikmah di
dalamnya. Seperti ibadah shalat, zakat, puasa, ibadah haji, dan juga ibadah
qurban. Kadang kala kita sebagai makhlukNya tidak mengetahui dan menyadari akan
hikmah tersebut. Bahkan cenderung menganggapnya sebagai beban yang memberatkan,
terlebih pada perintah ibadah yang mengharuskan kita untuk mengeluarkan harta
seperti halnya ibadah qurban, padahal begitu besar keutamaan dan hikmah dibalik
ibadah qurban.
Alangkah ruginya manusia jika di dunia hanya
beribadah yang wajib saja atau dengan kata lain setelah bermuamalah dia kembali
modal, tidak mendapat keuntungan sedikitpun. Maka ibadah sunnah ini hendaknya
kita kejar, kita amalkan, sebab itulah bukti kesetiaan kita dalam mengikuti dan
mencintai Rasulullah SAW, beliau bersabda : “Barang siapa menghidupkan
sunnahku, maka dia telah mencintaiku, dan siapa yang mencintaiku, maka kelak
akan berkumpul bersamaku di surga“. (HR. As Sijizi dari Anas bin Malik, lihat
Al Jami’ush Shoghir)
Bahkan dalam hadits qudsi Allah menyatakan bahwa
Dia sangat cinta kepada hamba yang suka menjalankan amal-amal sunnah, sehingga
manakala Dia telah mencintai hamba tersebut, Dia akan menjaga matanya,
pendengarannya, tangan dan kakinya. Semua anggota tubuhnya akan terjaga dari
maksiat dan pelanggaran. Sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Al Bukhori dari Abu
Hurairah RA.
Dari sekian banyak sunnah yang telah diajarkan
oleh Rasulullah SAW adalah melakukan ibadah qurban. Kesunnahan berqurban ini
adalah sunnah muakkadah, artinya kesunnahan yang sangat ditekankan dan
dianjurkan.
Sebagaimana diriwayatkan oleh imam Muslim dalam
Shohihnya dari Anas bin Malik, beliau berkata “Rasulullah saw berudhiyah
(berkurban) dengan dua kambing putih dan bertanduk, beliau menyembelih dengan
tangan beliau sendiri yang mulia, beliau mengawali (penyembelihan itu) dengan
basmalah kemudian bertakbir …”
HIKMAH YANG BISA KITA AMBIL DARI IBADAH
QURBAN
Ibadah Kurban memiliki pesan moral yang sangat
dalam. Seperti pesan yang terkandung dalam makna bahasanya. Qurb atau qurbân
berarti “dekat” dengan imbuhan ân (alif dan nun) yang mengandung arti
“kesempurnaan”, sehingga qurbân yang diindonesiakan dengan “kurban” berarti
“kedekatan yang sempurna”. Kata Qurbân berulang tiga kali dalam al-Qur’an, yaitu
pada QS.Ali Imran/3: 183, al-Ma’idah/5: 27, dan al-Ahqaf/46: 28.
Pertama, sebagai bukti nyata ekspresi syukur,
“Supaya mereka menyebut nama Allah atas apa yang Allah karuniakan kepada mereka
berupa binatang ternak….” (QS. 22:34);
Kedua, bukti sebagai hamba bertaqwa, “Daging
daging qurban dan darahnya itu sekali kali tidak dapat mencapai (keridhaan)
Allah, tetapi ketaqwaanmulah yang dapat mencapainya…” (QS. 22:37);
Ketiga, terakuinya sebagai umat Rasulullah SAW,
“Barang siapa yang mempunyai keluasan (harta) dan tidak mau berqurban, maka
janganlah mendekati tempat shalat kami !” (HR. Ahmad, Ibnu Majah, Al Hakim, Ad
Daruquthni dan Al Baihaqi);
Keempat, meraih ampunan dosa, ”Fatimah,
berdirilah dan saksikan hewan sembelihanmu itu. Sesungguhnya kamu diampuni pada
saat awal tetesan darah itu dari dosa dosa yang kamu lakukan…” (HR. Abu Daud
dan At-Tirmizi);
Kelima, pahala yang sangat besar, “Pada setiap
lembar bulunya itu kita memperoleh satu kebaikan,” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah);
Keenam, mendapat kesaksian yang indah dari hewan
Qurban kita kelak, “Sesungguhnya ia (hewan qurban) akan datang pada hari kiamat
dengan tanduk, kuku dan bulunya. Dan sesungguhnya darah hewan qurban akan jatuh
pada sebuah tempat di dekat Allah sebelum darah mengalir menyentuh tanah. Maka berbahagialah
jiwa dengannya”. (HR. At Tirmidzi, Ibnu Majah dan Al Hakim).
Demikian besar keutamaan ibadah kurban, Semoga
Allah SWT memberikan keluasan rejeki kepada kita semua untuk memenuhinya dan
menerima amal ibadah qurban kita. Amin yra.
Beruntunglah bagi orang bertakwa, Berbahagia
orang yang bertawakkal kepada Allah SWT, Hidup didunia diperlukan sikap teguh
pantang menyerah, setiap insan Muslim selalu hidup dalam sikap optimis dengan
taqwa yang benar kepada Allah SWT dan senantiasa berserah diri kepada Allah
SWT. (*na)
Komentar
Posting Komentar